PSIKOLONGUSTIK
PENGANTAR
Orang umumnya tidak merasakan bahwa menggunakan bahasa merupakan suatu ketrampilan yang luar biasa rumitnya. Pemakaian bahasa terasa lumrah karena memang tanpa diajari oleh siapapun seorang bayi akan tumbuh bersamaan dengan pertumbuhan bahasanya. Dari umur satu tahun sampai dengan satu setengah tahun seorang bayi mulai mengeluarkan bentuk-bentuk bahasa yang telah dapat kita identifikasi sebagai kata. Ujaran satu kata ini tumbauh menjadi ujaran dua kata dan akhirnya menjadi kalimat yang komplek menjelang umur empat tahun atau lima tahun.
Setelah kita dewasa kita memakain bahasa kita seolah-olah tanpa berpikir. Begitu kita ingin mengungkapkan sesuatu, pada saaat itulah kita mengeluarkan bunyi-bunyi yang disebut bahasa. Akan tetapi kalau kita renungkan secara mendalam akan kita rasakan bahwa pemakaian bahasa merupakan cerminan dari kemampuan yang hanya manusialah yang dapat melakukannya. Bayangkan pada suatu saat anda berjalan-jalan dengan atau atau kemenakan kecil Anda di sebuah kebun binatang dan melihat seekor binatang.
1. SEJARAH LAHIRNYA PSIKOLONGUISTIK
Psikolingustik, sebagaimana tertera pada istilah ini, adalah ilmu hibrida, yakni ilmu yang merupakan penggabungan dari ilmu psikologi dan ilmu lingustik. Benih ilmu ini sebenarnya sudah tamapk pada permulaan abad ke 20 tatkala psikolog Jerman Wilhelm Wundt menyatakan bahwa bahasa bisa dijelaskan dengan prinsip-prinsip dasar psikologis (Kess, 1992). Pada waktu itu telaah bahasa mulai mengalami perubahan dari sifatnya yang estetik dan kultural ke suatu pendekatan yang “ilmiah”.
Sementara itu, di benua Amerika kaitan antar bahasa dengan ilmu jiwa juga mulai tumbuh. Perkembangan ini dapat dibagi menjadi 4 tahap (Kess, 1992): (a) tahap formatif, (b) tahap lingusitik, (c) tahap kognitif, dan (d) tahap teori psikolinguistik, realitas psikologis, dan ilmu kognitif.
(to be continued)